Friday, May 14, 2010

Tarif Murah Dongkrak Pasar Seluler

Kebutuhan akan fasilitas telekomunikasi seperti handphone bisa dikatakan sudah masuk kategori primer. Bahkan bagi orang tertentu yang sudah terbiasa menggunakan telepon genggam, tanpa handphone dunia rasanya gelap gulita dan dia merasa salah tingkah. Wajar saja memang,karena manfaat handphone itu luar biasa dalam aktivitas setiap orang sehari-hari. Oleh karenanya, ketika tarif telepon seluler turun, makin banyak saja  masyarakat yang membeli handphone. Mereka yang tadinya  merasa tidak perlu pakai telepon genggam, kini sudah membeli handphone.

Pasar yang disasar juga makin lebar karena makin banyak masyarakat yang menggunakan handphone.“Pertumbuhan pelanggan  seluler juga terus mengalami peningkatan. Industri telekomunikasi akan terus berkembang seiring kemajuan teknologi komunikasi,” kata Presiden Direktur PT Exelcomindo Pratama Tbk, Hasnul Suhaimi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dari sisi tarif, kata Hasnul, XL sangat terjangkau, tarif yang diberlakukan benar-benar murah,bukan sekadar promosi, tidak ada tipuan. Semuanya dilakukan secara transparan dan profesional. Bahkan, tarif yang diberlakukan XL nomor dua termurah di Asia. “Ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh pihak lain. Jadi, tarif XL memang benar-benar murah, bukan sekadar promosi,”
katanya. Dia mencontohkan pihaknya memberikan tarif telepon panjang hanya dengan Rp 1.800 per jam. Apa dengan satu jam Rp 1.800 berarti Rp 3 per menit? Kan tidak. Semenit tetap Rp 600. Benar jatuhnya Rp 30 per menit kalau satu jam. “Tapi kan tidak semua orang bertelepon selama satu jam,”katanya.
Menurut Hasnul, perusahaan yang dipimpinnya di tahun 2008 ini menargetkan pertumbuhan pendapatan dan pelanggannya sekitar 25 persen. Asumsi bahwa
penurunan tarif berdampak pada anjloknya pendapatan perusahaan telekomunikasi  justru terbalik. Pendapatan perusahaan telekomunikasi justru tetap naik.Pendapatan secara industri juga naik. Pasalnya, ketika tarif mahal orang bicara sedikit. Sebaliknya,ketika tarif murah maka orang bicaranya panjang. “Jadi, pendapatan perusahaan telekomunikasi tetap naik,” kata lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Kebijakan menurunkan tarif seluler, menurut Hasnul, justru membawa berkah bagi industri telekomunikasi. Jumlah pelanggan terus meningkat, sehingga trafik

makin padat. Bahkan jaringan sempat terancam jebol alias rusak akibat tingginya trafik. Guna mengantisipasi agar kualitas pelayanan dan kualitas suara tetap baik, perusahaan terpaksa melakukan investasi. “Antara pelanggan dan penambahan fasilitas jaringan saling uber uberan alias kejar-kejaran,”katanya mengibaratkan tingginya pertumbuhan pelanggan.Dia menyebutkan jumlah pelanggan XL tahun 2006 tercatatsebanyak 9,6 juta.

Tahun 2007 meningkat menjadi 10,2 juta dan hingga pertengahan 2008 jumlah pelanggan menjadi 15,5 juta. Sedangkan, target hingga akhir tahun 2008 sebanyak 18,4 juta pelanggan. Pencapaian target itu bukan sesuatu yang sulit mengingat tingginya animo masyarakat disemua lapisan dari kota hingga kepelosok Tanah Air. Dari sisi coverage, kata yang dilahirkan dan dibesarkan di Kota Bukittinggi Sumatera Barat ini,bukan suatu kendala karena XL terus melakukan investasi menjadi perusahaan tiga terbesar. Dia menyebutkan capital expenditure (Capex) tahun 2008 ditingkatkan dari US$ 650 juta menjadi US$ 1miliar atau Rp 9,3 triliun. “Investasi terbesar adalah untuk jaringan yang mencapai 90 persen,” kata Hasnul.Ke depan, lanjut Hasnul, XL akan lebih fokus ke bisnis seluler.

Sementara tower (menara) dan Base Tranceiver Services (BTS) akan diserahkan ke pihak lain melalui mekanisme jual dan leasing. Artinya, menara dan BTS

diserahkan kepada perusahaan pengelola atau anak perusahaan. Kemudian, XL menyewa kepada pengelola. Saat ini ada sekiar 7.200 menara dan 12.000 BTS yang tersebar di seluruh Indonesia. PT Excelcomindo Pratama Tbk.(“XL” atau “Perseroan”) didirikan pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT
Graha metropolitan Lestari yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa umum. Pada tahun 1995,seiring dengan kerja sama antara
Rajawali Group–pemegangsaham–dengan beberapa investorasing (Nynex, AIF, dan Mitsui), PT Grahametropolitan Lestari mengubah nama menjadi PT Excelcomindo Pratama dengan kegiatan utama usahanya sebagai
penyelenggara jasa teleponi dasar. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996 dengan menyediakan jasa teleponi dasar menggunakan teknologi GSM 900. Dalam perkembangannya, XL juga memperoleh Izin Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler untuk
teknologi DCS 1800, Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup, Izin
Penyelenggaraan Jasa Internet(Internet Services Protocol/ISP), dan Izin Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan Publik(Voice over Internet Protocol/VoIP).

Pada tahun 2006, XLmemperoleh Izin Penyelenggaraan Seluler untuk teknologi 3G dan meluncurkannya secara komersial pada bulan September 2006. Hingga saat ini, XL telah mendirikan lebih dari 12.000 menara BTS di seluruh Indonesia
untuk melayani 18 juta pelanggannya. Dan XL berkomitmen untuk terus
meningkatkan kualitas dan cakupan wilayah selulernya dimasa mendatang, agar kebutuhan komunikasi para pelanggan dapat senantiasa berjalan kapan pun, di mana pun. Untuk memberikan pelayanan dan dukungan terbaik bagi para pelanggannya, hingga kuartal I tahun 2007 telah tersedia lebih dari156 gerai XL Center di seluruh Indonesia, didukung oleh layanan  Contact Center yang selalu siap menyediakan informasi kepada pelanggan selama 24 jam sehari,tujuh hari seminggu.

Pada tahun2006, XL resmi memperoleh lisensi3G, dan selain menggelar layanan 3 yang inovatif, pelanggan XL semakin dimanjakan dengan hadirnya dukungan Video Contact Center, layanan dukungan pelanggan berbasis teknologi 3G.

No comments:

Post a Comment